diyetekno – Kecerdasan buatan (AI) terus berkembang pesat, menawarkan berbagai solusi inovatif di berbagai bidang. Salah satu pemanfaatan AI yang menarik adalah sebagai editor tulisan. Dulu, chatbot AI hanya mampu menganalisis beberapa paragraf teks, namun kini mereka mampu menelaah berlembar-lembar dokumen, memberikan kritik, dan menganalisis setiap kelebihan dan kekurangan.
Untuk menguji kemampuan AI dalam mengedit tulisan, saya memberikan sebuah artikel dengan panjang 600-700 kata kepada lima chatbot AI populer: ChatGPT, Gemini, Claude, Copilot, dan Grok. Artikel tersebut membahas tentang berita "code red" di ChatGPT.

Setiap chatbot diberi instruksi yang sama: "Anda adalah seorang sub-editor untuk majalah teknologi. Baca teks ini dan temukan kesalahan tata bahasa. Soroti cara-cara yang dapat digunakan untuk memperbaiki teks." Saya juga menggunakan versi "Thinking" untuk masing-masing chatbot, yang merupakan versi upgrade yang membutuhkan waktu lebih lama untuk mempertimbangkan tugas.
ChatGPT: Chatbot ini memberikan kritik yang membangun, menyebut beberapa bagian tulisan saya "kikuk," "bertele-tele," dan "canggung." Namun, setiap kritiknya selalu diikuti dengan saran perbaikan. Total, ChatGPT memberikan 24 saran. Meskipun tidak ada yang esensial, dan teks masih masuk akal tanpa perubahan, ChatGPT berhasil menganalisis tulisan saya secara mendalam. Untuk setiap saran, ChatGPT menyertakan versi asli, alternatif yang diubah, dan alasan mengapa perubahan harus dilakukan.
Gemini: Gemini membuka evaluasinya dengan menyatakan bahwa teks "menderita karena penggunaan kata-kata yang berlebihan, frasa berulang, dan struktur kalimat pasif." Gemini kemudian memberikan daftar perubahan yang perlu dilakukan, beserta versi asli dan versi baru. Gemini juga mengelompokkan kesalahan tata bahasa ke dalam kategori dan memberikan tips tentang cara menghindari kesalahan tersebut di masa depan. Yang saya hargai dari Gemini adalah saran yang diberikan, bukan hanya perubahan.
Claude: Claude secara mengejutkan memberikan saran paling sedikit, padahal dikenal sebagai salah satu chatbot penulis terbaik. Saran yang diberikan bersifat minor dan lebih condong ke preferensi pribadi daripada perubahan yang diperlukan. Claude juga tidak menyertakan daftar tambahan di akhir evaluasi yang berisi kekhawatiran umum tentang nada, gaya, atau sudut pandang.
Copilot: Copilot dari Microsoft menggunakan ChatGPT-5 dalam versi terbarunya. Respons Copilot mirip dengan ChatGPT, tetapi dengan lebih sedikit kata. Copilot memberikan contoh perubahan yang akan dilakukan dengan versi yang benar, serta deskripsi singkat mengapa perubahan tersebut diperlukan. Copilot juga menawarkan versi yang ditulis ulang sepenuhnya.
Grok: Grok memberikan jawaban yang panjang, terdiri dari masalah tata bahasa dengan saran perbaikan, diikuti dengan catatan kecil tentang masalah tata bahasa minor. Beberapa saran berguna, tetapi yang lain tidak masuk akal. Grok juga tampaknya kesulitan beradaptasi dengan berita terbaru, mengklaim bahwa "Claude Opus 4.5 tidak ada." Padahal, model ini baru dirilis minggu lalu.
Pemenang: Meskipun semua chatbot memberikan respons yang sesuai, ChatGPT dan Gemini terasa sebagai opsi terkuat. Keduanya menemukan kesalahan utama, tetapi dengan cara yang berbeda. ChatGPT terasa seperti membimbing saya, menunjukkan setiap masalah, alasan mengapa perlu diubah, dan apa yang harus diubah. Gemini, di sisi lain, berfokus untuk membimbing saya menuju jawaban. Gemini memberikan setiap masalah individual, beserta versi asli, versi baru, dan tips tentang cara menghindari masalah tersebut di masa depan.
Sebagai kesimpulan, AI memiliki potensi besar untuk membantu kita dalam mengedit tulisan. ChatGPT dan Gemini menunjukkan performa yang paling menjanjikan, masing-masing dengan keunggulan dan pendekatannya sendiri. Dengan terus berkembangnya teknologi AI, kita dapat mengharapkan alat bantu penulisan yang semakin canggih dan akurat di masa depan.

